Kamis, 12 Maret 2009

Memperbaiki diri

Ada anagium Arab yang menyatakan bahwa “ Celakalah seseorang yang tidak mengenal dirinya sendiri.”

Dalam konteks kehidupan di dunia fana ini, banyak manusia masih belum mengenal dirinya, belum mengetahui apa yang dibutuhkan bagi dirinya, ke arah mana dia harus membawa dirinya, dan pedoman apa yang dapat ia pegang teguh sehingga hal itu memang benar-benar baik bagi petualangan hidupnya.

Memang dalam fenomena yang terjadi, kebanyakan orang yang berhasil adalah orang yang mengenal baik dirinya, ia mengetahui potensi yang dimiliki, kekurangan yang menghambat dirinya untuk maju, ia juga menyadari sepenuhnya visi dam misi dalam kehidupannya, sehingga dengan mengetahui dirinya tersebut makin mudahlah ia untuk meraih keberhasilan.

Ya Allah, Wahai Yang Maha Mendengar jadikan pertemuan ini membuat kami mampu mengenal diri kami, tuntun kami untuk memperbaiki yang salah, bukakan hati kami untuk dapat mengenal jalan hidup kami, jadikan setiap langkah kami benar-benar tepat di jalan yang Engkau sukai sehingga tiada yang kami tuju selain hanya Engkau Yang Maha Menatap. Amiin Ya Robbal’
alamin.

Kalau kita selalu berorientasi memikirkan keluar dari diri kita, semua yang kita katakan akan jadi bumerang. Ingat dalilnya "Semua harus berawal dari diri sendiri".
Program yang paling sulit dilakukan oleh seorang dai adalah mendakwahi dirinya sendiri. Ingin merubah istri, anak, karyawan kuncinya adalah merubah diri. Kalau orang tidak merubah dirinya, dia pasti akan sulit dengan perubahan yang terus terjadi setiap hari dalam hidupnya.

Ciri orang yang tidak bisa merubah diri adalah emosional. Semua masalah dalam hidup ini akan lenyap kalau punya tingkat kearifan. Makin tua kita seharusnya makin serius belajarnya. "Barangsiapa yang hari ini lebih baik daripada hari kemarin maka akan beruntung". Maka dari itu makin hari kita harus makin baik kalau tidak kita akan menghadang bencana.

Setiap orang itu harus punya keyakinan dalam diri bahwa "Jika saya tidak berubah maka saya akan celaka", "Jika saya tidak merubah diri maka saya tidak akan merubah apapun/siapapun", "Jika saya tidak merubah diri berarti saya akan menghancurkan hidup saya".

Perubahan adalah kesuksesan, Perubahan akan membuat hidup tenang, keberhasilan, keselamatan, dan juga merupakan kunci kedekatan dengan Allah.

Kita itu terpaku pada keadaan yang belum tentu benar. Kalau kita mau perubahan kita harus mengetahui apa yang harus dirubah. Kuncinya yang pertama adalah kita harus punya keberanian untuk mengetahui kekurangan diri kita sendiri. Dengan memiliki hal ini akan lebih mudah dalam merubah diri. Miliki juga keberanian untuk mencari kekurangan. Kunci sukses dalam semua hal adalah memperbaiki diri.

Sebesar apapun dosa kita, pengampunan Allah lebih besar lagi kepada orang yang tobat dan bukti tobat adalah kegigihan memperbaiki diri. Milikilah kawan kontributor kekurangan kita, bacalah buku yang banyak mengenai penyakit hati, luangkan waktu untuk mencatat kekurangan diri.

Setelah itu tahapan selanjutnya adalah Riyadoh atau latihan. Dalam latihan harus ada program yang harus kita jalankan, contohnya : program harian melenyapkan penyakit hati, misalnya sehari shaum bicara. Saya hanya mau menyatakan hal yang baik, bermanfaat, dan kata-kata yang terpilih hari ini, besok boleh terserah. Setiap selesai sholat kembali evaluasi lalu bertobat jadi kita bertemu dengan perbaikan setiap waktu. Contoh lainnya sehari tanpa marah.atau boleh disebut dengan (tajdid anniat)memperbaharui niat .

Pertanyaannya kapan kita akan mendakwai orang lain? Justru dengan kita memperbaiki diri, orang lain melihat kita dan berdampak kepada orang lain. Contoh lainnya adalah kita latihan agar setiap uang yang kita dapat, kita sisihkan untuk amal.

Inilah jihad kita. Kalau kita tidak pernah memulai, omongan kita akan kosong. Inilah seninya memang butuh waktu menyadarkan orang lain, yang terpenting adalah kita sadar terlebih dahulu.

Kalau rumus kita untuk membangun bangsa maka tumbuhkan dahulu keinginan untuk membangun diri sendiri kemudian keluarga baru kemudian bangsa. Insya Allah nantinya akan hadir pemimpin dari bapak yang sadar membina keluarga.

Pilihlah riadoh yang isinya bersifat realistik dan lakukan secara bertahap. Terus saja lakukan setiap hari memperbaiki diri.di rumah,di lapangan atau dimanapun kau berada. Sabarlah dalam memperbaiki diri dan melihat bahwa setiap hari orang dilahirkan dengan karakteristik yang berbeda-beda. Sangat mungkin memakan waktu bisa satu bulan, dua bulan bahkan setahun. Hal yang terpenting adalah diberi istiqomah dalam memperbaiki diri bukankanlah hasil yang terpenting, setiap hasil kita serahkan saja kepada Allah untuk menilai. "Kalau orang bersungguh-sungguh menuju Allah, maka Allah akan lebih bersungguh-sungguh lagi menunjukkan jalanNya".

Mari kita benahi diri kita dengan baik sampai kita benar-benar dapat mengontrol diri kita sendiri sebelum terjun ke masyarakat. Mulai dari mencoba menahan pandangan dengan menundukkan pandangan. Kemudian latih diri kita dalam menahan pendengaran yang menjadikankan jauh dari Allah. Menahan mulut jangan mencela, jangan komentar, dan jangan mengeluh. Teruslah kendalikan pendengaran, mulut dan pandangan.

Kalau kita sudah dapat mengendalikan diri dengan baik, berbicara akan enak, bergaul akan enak. Kita dapat lebih banyak menyelesaikan masalah dimanapun kita berada.hati yang bersih adalah hati yang sentiasa membuat pikiran bekerja efektif lantaran hanya kebaikan lah yang dipikirkannya.

Ada dua kunci untu memperbaiki diri : 1.biasakanlah sekuat daya maupun upaya untuk melakukan pembersihanatau pelurusan hati. 2.senantisalah berkemauan kuat untuk meningkatkan kemampuan (keprofesionalan)diri dalam hidup apapun.
Supriadin*

Kamis, 05 Maret 2009

Tilkal Ayyamu

Sebuah keputusan berani ketika Hamas mengatakan tidak untuk meneruskan gencatan senjata dengan Israel, karena selama enam bulan pada gencatan senjata sebelumnya, Is-rael melakukan lebih dari 120 kasus penyeran-gan ke Ghaza. Namun Konyolnya negara-negara Arab bersikeras agar Hamas memper-panjang gencatan senjata yang jelas-jelas men-guntungkan Israel.
Sejarah berulang kembali ketika para penguasa kaum Muslimin yang hidup di zaman Perang Salib, hanya bisa menonton penyeran-gan pasukan salib terhadap Palestina dengan membantai 70.000 Muslim di kawasan al-Aqsha. Jangankan bergerak untuk memberi bantuan, malah mereka membangun hubungan baik dengan kerajaan salib.. Mungkin, hanya aktor sejarah saja yang berbeda antara zaman penjajahan salib dengan penjajahan Israel. Hanya segelintir negara Islam yang mendukung perjuangan perlawanan bangsa Palestina yang dipimpin oleh Hamas di Ghaza. Mereka yang tidak mendukung perjuangan malah membuat konspirasi untuk menghancurkan bangsa Pales-tina. Mereka tidak menyadari bahwa hari-hari itu akan berganti (QS.Ali Imran : 140). Fajar itu sudah mulai kelihatan dengan kemenangan Hamas dalam perang israel terakhir di Ghaza. Israel terancam hilangnya dukungan interna-sional yang kini beralih kepada Hamas. Dan mereka menggantungkan harapannya kepada pemimpin negara Arab untuk andil dalam mem-bungkam kebangkitan umat islam melalui pene-kanan-penekanan kepada gerakan pro pemba-haruan, agar menghambat berbagai fenomena kebangkitan umat. Dalam hal ini isu sentral Pal-estina yang dipimpin oleh Hamas disudutkan sebagai orang yang paling bertanggung jawab dalam perang Israel terhadap bangsa Palestina
di gaza. Alih-alih menuding israel, malah mereka menuding Hamas bersalah karena tidak mau mene-rima perpanjangan gencatan senjata. Di berbagai media, Hamas mengharapkan dukungan semua umat islam meskipun para pemimpinya ada yang tidak mendukung. Sebagai rakyat, kita merasa ber-dosa membiarkan saudara seiman dizhalimi oleh konspirasi yang jahat. Harapan itu masih ada. Jika Muhammad al-Fatih sudah membuka Konstantinopel pada abad 9 H, maka semua muslim menunggu pembukaan kota Roma. Siapa lagi kalu bukan kita yang akan mengungkap kebenaran hadits Nabi ten-tang pembukaan kota Roma ini. Tentu setelah terbit-nya fajar yang dinanti dengan bersatunya kita ‘ala qolbi rojulin wahid. Ya Reid. Wallahu a‟lam.
Ibnu Radinas*

IBRAH (Mengharap Mehadiran Anugerah)

Masih ingatkah kita kisah seorang yang telah membunuh sebanyak 99 orang kemudian menyesali dan ingin bertobat, ia men-coba berjalan mencari sedikit harapan agar kesalahann/ya bisa diampuni. Pertemuannya dengan seorang rahib yang pertama membuat-nya tidak puas sehingga harus membuatnya membunuh rahib itu, tapi harapan akan datangnya anugerah tidak membuatnya ber-henti mencari tempat bertanya apakah dosanya bisa diampuni atau tidak, Walhasil ia menemu-kan seorang rahib yang bijak dan memberikan angin segar bahwa dosanya bisa diampuni. Sang rahib menyuruhnya untuk pergi ke suatu negeri dimana penduduknya jauh dari perbua-tan dosa. Di tengah perjalanan ia menemukan ajalnya sehingga malaikat rahmat dan malaikat azabpun berdebat apakah ia di surga atau di neraka yang akhirnya dihitunglah jarak antara daerah yang akan ia tuju yang ternyata lebih dekat. Kisah ini dinukilkan imam Bukhari dalam kitab Shahih Bukhari.
Di suatu tempat kita tidak memperoleh anu-gerah. Di tempat lain mungkin tersedia anu-gerah lain yang tidak terhitung jumlahnya, Kalau di suatu negeri kita tidak bisa diterima, di negeri lain terbuka kesempatan untuk diterima dan dimanfaatkan. Jadi tidak ada alasan untuk berhenti berharap atas kehadiran anugerah-Nya. Justru berhenti berharap pertanda kita bukanlah termasuk orang-orang beriman, se-bab orang beriman itu salah satu kekuatannya adalah selalu memiliki harapan, sebagaimana firman Allah Swt dalam surat az-Zumar ayat 53. Malahan Rasulullah mencoba menjelaskan bahwa pada hakikatnya Allah Swt selalu mem-berikan rahmat kepada hamba-Nya yang selalu berharap dan berprasangka baik kepada-Nya. ”Wahai anak adam”, ucap Rasulullah Saw men-gutip perkataan Allah Swt, “selama kamu ber-do‟a dan berharap kepadaku, niscaya Aku akan mengampuni segala dosamu yang telah kamu
lakukan, dan Aku tidak peduli berapa banyak dosa yang yang telah kamu lakukan, Seandainya dosamu bagaikan awan di langit kemudian kamu minta ampun kepada-Ku, niscaya Aku mengampuni kamu. Sean-dainya kamu datang kepada-Ku dengan membawa dosa seisi bumi tanpa menyekutukan-Ku, niscaya Akupun akan mengampunimu dengan ampunan se-besar isi bumi itu”. (HR.Tarmizi)
Inilah psikologi harapan yang ditumbuhkan melalui pintu agama. Psikologi ini pula yang dicoba diben-tangkan dalam menghadapi berbagai momentum kehidupan baik merugikan maupun yan menguntung-kan. Di sini pulalah kiranya Nabi Muhammad Saw bersabda “Seandainya orang mukmin mengetahui dengan pasti sanksi yang disediakan oleh Allah Swt niscaya tidak ada seorangpun yang berputus asa dari rahmat-Nya”.(HR. Muslim)
Maka hakikat psikologi harapan itu tiada lain kecuali untuk memberikan kelapangan bagi jiwa manusia, agar jiwa yang sempit bisa memperoleh keluasan kembali, agar jiwa yang merana dapat tercerahkan dengan kehadiran berbagai anugerah-Nya, karena jiwa yang sempit akibat buruk sangka kepada-Nya akan menjauhkan orang itu dari anugerah-Nya pula.
Berharap akan kehadiran anugerah adalah perintah agama dan tabah terhadap ujian-Nya perintah agama pula. Karena itu bila kita berharap kemudian Dia menganugerahkan sesuai harapan kita maka bersyu-kurlah jangan takabur. Sebaliknya bila berharap ke-mudian Dia belum menganugerahkannya sesuai den-gan harapan kita maka bersabarlah jangan berpaling, mungkin dibalik penolakan-Nya itu tersimpan anu-gerah lain yang jauh lebih besar yang akan kita terima di belakang hari. Semoga Allah Swt mendengar hara-pan ini. Wallahu A„lam. . Hendra Gumanti*

Panduan Hidup Berjama'ah

Pondasi pertama yang harus dibangun dalam konsep panduan ini adalah, makna ayat yang termaktub di dalam tafsir Ibnu Katsir, bahwa Allah memerintahkan kepada para penyembah-Nya agar menghayati al-Qur'an, dan melarang mereka untuk menetang, serta hendaknya memahami makna yang penuh hikmah di setiap rangkaian katanya yang agung. Kemudian Allah juga memberitakan manusia lewat firman-Nya agar tidak bertentangan tentang isi al- Qur'an, karena sesungguhnya al- Qur'an merupakan kebenaran yang bersumber dari yang maha benar. “Apakah mereka itu tidak menghayati (mendalami) Al-Qur'an? Sekiranya (Al-Qur'an) itu bukan dari Allah pastilah mereka itu menemukan banyak hal yang bertentangan di dalamnya”.(QS : an-Nisa' 82).
Semenjak 1400 tahun berlalu, Allah telah menantang para kaum musyrik dan munafiq tentang kebenaran al-Qur'an, namun hingga saat ini belum ada keterangan yang menunjukkan bahwa al-Quran berseberangan dengan kebenaran fakta ilmiah apalagi yang berkaitan dengan kesalahan susunan tata bahasa seperti halnya kitab suci agama lain.
Kondisi zaman sekarang menceritakan kepada kita bahwa, Pertentangan, perselisihan, perbedaan pendapat, menjadi faktor utama dalam perpecahan, namun pada dasarnya perbedaan cara pandang bukanlah penyebab yang sebenarnya dalam perpecahan, pada masa hidupnya Nabi-pun, perbedaan sering terjadi, namun indikasinya bukanlah, "saling melempar" dan saling-saling lainnya dalam makna negativ, namun mereka menanggapinya secara bijak dan berjiwa besar. Ada sebuah konsep dasar yang menjadikan mereka seperti ini, Ketika Abu Bakar dan Umar bin Khattab berselisih tentang tindak lanjut tawanan perang badar, Umar berpendapat agar mereka dibunuh sedangkan Abu Bakar berpendapat agar mereka dilepaskan dengan tebusan, namun ketika Allah menentukan aturan, mereka tidak mengeluarkan kalimat apapun kecuali sami'na wa atho'na.Orang-orang yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik di antaranya. mereka Itulah orang-orang yang Telah diberi Allah petunjuk dan mereka Itulah orang-orang yang mempunyai akal”.(QS.az –Zumar : 18) " “Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja)”(QS. Al-Maidah : 48)
Ayat ini tidak sedang berbicara tentang "kebebasan" yang dituhan-tuhankan oleh kaum pecinta dunia, tapi ayat ini merupakan informasi penting bagi umat islam agar bisa saling tolong-menolong, bekerja sama dalam perbedaan warna persepsi. Kalau islam mengajarkan agar bertoleransi kepada agama lain, bagaimana dengan kita sesama islam?Catatan penting bagi setiap umat islam, bahwa tolerasi dan saling memahami satu dan yang lainya menjadi acuan bagi kita agar terwujudnya satu kesatuan, tentunya selama tidak merusak akar agama yang berpedoman kepada kaidah-kaidah usul tauhid, jika kita telah sampai pada tingkat ini, maka umatan wahidah akan muncul kembali, dalam arti kata tidak mesti terjaring dalam sebuah lingkaran tertentu, namun mereka diikat dengan tali persaudaraan islam, serta bagi-bagi tugas walaupun dari posisi yang terpisah, karena sesungguhnya setiap yang beriman adalah saudara, dan persaudaraan yang kuat ini tidak mudah renggang begitu saja hanya karena hal yang tidak logis untuk dijadikan alasan "saling menjauh"
Khalifah Abu Bakar ash-Shiddiq ketika baru menjabat sebagai khalifah, berpesan kepada seluruh umat islam ketika itu, agar patuh dan tunduk kepadanya selama tidak bertentangan dengan al-Quran dan sunnah.
Tidak ada keraguan lagi bahwa al-Qur'an adalah panduan hidup umat manusia, jika terjadi perdebatan maka kepada Allah dan Rasul-Nya tempat mengadu. Tapi mengapa sejarah mencatat bahwa perang saudara bisa saja terjadi padahal mereka sama-sama merujuk kepada al-Quran?? Kembalikan pertanyaan ini kepada nurani umat, karena hasil interaksi hati dan pemikiran yang benar dengan al Qura'n tidak akan pernah merubah apa yang telah diprediksikan oleh al Qura'n. “Wahai orang-orang yang beriman, taatlah kepada Allah dan rasulNYA dan peminpin dari kalian, jika kalian berselisih akan sesuatu, kembalikanlah kepada Allah dan rasulNYA, jika kalian beriman kepada Allah dan hari akhir yang demikian itu sebaik-baik dan sebagus pengertian”.(QS. an-Nisa:59) .
Abu Rahmah*

Rabu, 27 Juni 2007

Israf, sebab dan ilajnya

Allah SWT berfirman dalam surah al Isra' ayat 27 "Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah Saudara-saudaranya Syaitan dan Syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya"
Allha SWT juga berfirmana dalam surah al A'raaf ayat 31 "Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) masjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan"
Israf adalah merupakan salah satu penyakit hati yang bisa melanda siapa saja dia tidak pernah membedakan antara orang kaya atau orang miskin, tua atau muda, pelajar atau pegawai, tetapi penyakit ini kebanyakan menimpa orang-orang kaya sebab orang-orang kaya sangat berpeluang untuk melakukan hal-hal yang ia inginkan tampa berpikir panjang terlebih dahulu.
Sebenarnya apa sih penyakit Israf itu? Israf secara harfiyahnya adalah boros atau melebihi batas kebiasaan, atau bisa juga diartikan dengan melakukan segala sesuatu yang duiluar kemampuan.
Israf ini bisa saja dalam hal makanan, minuman, pakaian, tempat tinggal, kendaraan serta gaya hidup lainnya. Penyakit ini sangat besar pengaruh negatif nya bagi jiwa seeorang lebih-lebih jiwa seorang mu'min, yang seyogyanya mencontoh dari kehidupan Nabi Muhammad SAW, para sahabatnya, salafussoleh serta para ulama. Diantara pengaruh Israf yang sangat berbahaya adalah bisa dibenci oleh Allah SWT, bisa menjadi teman Syaitan sesuai dengan dua firman Allah SWT diatas, bisa jatuh keperbuatan haram, bisa mematikan pikiran, bisa menimbulkan berbagai penyakit di badan, kurang peduli pada sesama dan lain sebagainya.
Tetapi kenapa seseorang itu bisa dihinggapi penyakit Israf atau dengan kata lain apa yang dapat menyebabkan seseorang ditimpa penyakit Israf?
Diantara sebab-sebab penyakit Israf adalah
Hidup ditengah-tengah keluarga yang suka bermewah-mewah
Keluarga merupakan sekolah pertama yang kita kenal, dan sekolah itu sangat perpengaruh besar untuk mencetak jiwa kita.
Pengaruh teman dan pergaulan sehari-hari
Terkadang kebanyakan manusia sering kali mencontoh akhlak teman-teman sepergaulannya, apalagi teman itu orang yang sangat berpengaruh dalam kehidupan kita.
Memperturutkan hawa nafsu
Manusia yang tak dapat menguasai hawa nafsunya sering kali terjerumus kedalam hal-hal yang kurang terpuji.
Pengaruh anak dan istri/suami
Anak dan isrti/suami merupakan cobaan yang Allah SWT berikan kepada kita, sebab terkadang kita ingin hidup sederhana, namun karena sifat dasar dari seorang istri/suami yang pemboros maka sering kali kita terikut dengan sifat itu oleh karena hanya ingin menyenangkan hati si istri atau takut kepada suami (jika suami yang punya sifat Israf).
Kaya mendadak
Seseorang yang dahulunya hidup sengsara dan serba kekurangan, namun tiba-tiba Allah SWT menganugrahkan kepadanya rizki yang banyak, kehidupan yang melimpah, sering kali akan lupa daratan, apalagi bekal pengetahuan agamanya sangat minim.
Lupa akan kehidupan dunia yang sesungguhnya
Sesungguhnya kita harus menyadari bahwa sebenarnya tidak akan ada yang kekal dalam kehidupan dunia ini, apalagi yang namanya harta benda, mungkin saja hari ini kita kaya, kita bisa memenuhi apa yang kita inginkan dengan mudah dan tampa pikir panjang, tapi kita tidak bisa menjamin entah hari esok, minggu depan, bulan depan, atau tahun yang akan datang kita akan jatuh miskin dan akan serba sulit dalam memenuhi segala kebutuhan kita. Allah SWT berfirman dalam surah al Imran ayat 41:……dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu kami pergilirkan diantara manusia (agar mereka mendapat pelajaran)……
Lupa akan bekal perjalanan hari esok (hari akhirat)
Sudahkah kita bernfikir tentang bekal apa yang sepantasnya kita bawa menuju kepada-Nya nanti?....dengan suka berfoya-foya terkadang kita akan lupa apa yang sebenarnya yang harus kita siapkan didunia ini untuk menuju hari esok. Sudahkah kita mempersiapkan bekal sebanyak-banyaknya hingga kita tidak akan kehabisan ditengah jalan nanti, kalau belum mengapa kita tidak memulainya dari sekarang?.....
Sebagai seorang muslim tentunya kita tidak boleh putus asa atau bahkan lupa untuk mencari penawar serta obat dari penyakit ini sebab kita tahu bahwa setiap penyakit pasti ada obatnya, demikian pula tentunya dengan penyakit Israf ini, dan diantara obat tersebut selain tentunya berusaha dengan sungguh-sungguh untuk meninggalkan sebab-sebab diatas, serta dengan cara mencari obat-obat yang lain, dan diantara obat-obat yang lain itu adalah:
1. Berfikir tentang konsekwensi yang akan ditimbulkan oleh penyakit Israf. Sebab dengan perfikir kita bisa mengetahui apa pekerjaan yang akan kita lakukan itu berakibat baik atau buruk, tentunya untuk kita serta untuk orang lain.
2. Berusaha mengekang hawa nafsu dari segala keinginan yang berlebihan atau sesuatu yang kurang bermanfaat, dengan cara sering solat malam, puasa sunnah, memperbanyak sedekah, membantu pekerjaan orang lain serta meringankan bebannya.
3. Sering membaca sunnaah-sunnah Nabi SAW dan sejarah Beliau, sebab dengan membaca sunnaah-sunnahnya kita akan tahu betapa banyak sunnah-sunnah Nabi SAW yang mengandung peringatan tentang bahaya penyakit Israf, dan bagaimana Beliau serta keluarganya berusaha mengekang hawa nafsu dari hal-hal yang berlebihan.
Sebuah riwayat menyatakan bahwa yang paling baik dan memang sepantasnya kita membagi porsi dalam perut kita menjadi tiga bagian, satu bagian untuk makanan, satu bagian untuk minuman dan yang satu bagian lagi untuk hawa atau untuk bernafas. Kita sering kali melihat manusia yang jika makan dan minum sangat berlebihan hingga selesai makan tidak bisa berdiri apalagi berjalan, dan terutama hal ini sering terjadi disaat buka puasa.
4. Menengok kembali akan kehidupan para sahabat, salafussoleh, para mujahid dan ulama.
Dalam kehidupan mereka, mereka selalu hidup dalam kesederhanaan dan mereka tidak pernah mencari harta kecuali untuk tujuan akheratnya. Pernah suatu hari sahabat Salman al Farisi menemui khalifah Abu Bakar Assidik yang pada saat itu beliau (Abu Bakar Assidik) sedang sakit, berkatalah Salman kepada beliau:
Wahai Khalifah Rasulullah SAW berilah aku wasiat sebelum anda meninggal, maka Abu Bakar Assidik berkata kepada Salman "Sesungguhnya Allah SWT telah membuka pintu rizki didunia untuk kalian semua, maka janganlah engkau pernah mengambilnya kecuali rizki yang bisa menyampaikan engkau keakhirat nanti.
5. Menjauhkan diri dari teman yang mempunyai sifat boros dan berusaha membiasakan hal-hal yang tepenting dalam memenuhi kebutuhan jiwa dan raga.
6. Bergaul dengan teman-teman yang hemat (bukan pelit) yang mereka tidak terlalu terpengaruh dengan silaunya kehidupan dunia, dan yang hanya mengejar dunia demi meninggikan islam dan untuk tujuan akherat. Teman yang bisa memelihara harta, kehormatan dan teman yang tahu akan pentingnya sebuah pengorbanan.
7. Bersungguh-sungguh dalam membentuk atau membina keluarga yang bisa menjauhkan diri dari penyakit Israf Sebab dengan bersungu-sungguh dalam hal yang demikian dapat mengantarkan keluarga sadar dan mengerti akan jalan yang sebenarnya harus ditempuh serta memberikan gambaran tentang kehidupan dunia yang penuh perjuangan dengan segala rintangannya.
8. Selalu berfikir akan kenyataan kehidupan manusia pada umumnya dan kehidupan seorang muslim pada khususnya. Sebab yang demikian dapat mengantarkan kita kepada menjauhi sifat Israf dan bahkan dapat menyadarkan kita akan kenikmatan serta kelezatan dunia yang hanya bersifat sementara.
9. Senantiasa mengingat mati dan setelahnya, dan betapa dahsyatnya akan keadaan hari akhirat nanti, hingga kita bisa mempersiapkan bekal untuk hari nanti.
10. Mengingat akan jalan dan tujuan yang sebenarnya harus kita tempuh serta mencapai akan tujuan tersebut, dan segala rintangannya. Karena yang demikian membuat kita sadar bahwa bekal yang sebenarnya adalah bukan dengan cara hidup mewah dan berfoya-foya, tapi dengan cara meneguhkan hati kita dan berusaha mengekang hawa nafsu dari hal-hal yang berlebihan.
By: Haji Jabier Abdullah.

Senin, 21 Mei 2007

Futur sebab dan ilajnya

Dari Abdullah bin Umar ra bahwa Rasul Saw bersabda ’’sesungguhnya setiap amalan itu mempunyai semangat, dan setiap semangat itu ada futurnya, maka siapa yang mengalami futur tapi masih tetap diatas sunnahku pasti mendapat pentunjuk, namun siapa yang keluar darinya pasti akan celaka. (HR.Imam Ahmad Bazar).Futur adalah semacam penyakit yang bisa menimpa sebagian orang apakah ia seorang pelajar, da’i maupun bukan. Efek negatif yang dimunculkan futur sangat banyak, sekurang- kurangya orang itu akan tertimpa rasa malas, mengulur-ngulur waktu atau menunda suatu pekerjaan. Namun yang paling berbahaya adalah sirna semangatnya atau diam setelah sekian lama bergerak yang kontinyu didalam aktivitasnya.Sebab-sebab seseorang bisa tertimpa penyakit ini sangat banyak, dan bahkan bukan cuma berpengaruh kepada diri sipenderita saja, tapi juga akan membawa efek negatif terhadap dakwah dan aktivitasnya.Diantara sebab-sebab penyakit ini, adalah:* Ghulu atau Tasyaddud dalam agama.* Berlebih-lebihan dalam hal yang mubah.* Suka menyendiri serta jauh dari lingkungan berjamaah.* Jarang mengingat maut serta kejadian-kejadian alam akhirat.* Suka memakan makanan haram atau syubhat.* Menjalankan agama hanya dari satu sisi.* Sering melalaikan ajaran agama.* Kurang memenuhi hak badan, disebabkan banyaknya beban dan kewajiban yang dipikul.*Tidak adanya persiapan dalam menghadapi segala rintangan serta kemungkinan- kemungkinan yang akan terjadi sepanjang perjalanan dakwah atau aktivitasnya.* Bergaul dengan orang-orang yang lemah semangat dan kurang bergairah.* Tidak adanya persiapan serta kurang mengetahui manhaj dalam berdakwah.Semua ini akan membawa seseorang kedalam penyakit futur atau kurang semangat, bahkan terkadang bisa menjadikan lari dan meninggalkan medan dakwah. Sudah menjadi sunnatullah bahwa semua penyakit ada obatnya. Firman Allah Swt: ’’Dan kami turunkan dari al Qur’an itu sebagai obat dan rahmat bagi orang-orang mukmin, dan al Qur’an itu tidaklah menambah kepada orang zholim melainkan kerugian” (Q.S. Al Isra’: 82)Sistem terapi dari penyakit di atas yang paling utama adalah dengan cara meninggalkan semua sebab-sebab yang ada. Disamping itu juga terdapat cara lain sebagai berikut:1. Memuhasabah diri. Memikirkan kembali tentang tujuan Allah menciptakan kita, yaitu untuk beribadah. Dan ibadah itu tidak bisa sempurna melainkan dengan ilmu. Sebagai seorang mahasiswa, sebaiknya kita memikirkan kembali apa tujuan semula kedatangan kita ketempat yang dituju. Sudah berapa lama waktu yang habis hampa tanpa arti, berapa banyak uang yang telah kita habiskan dengan sia-sia, dan berapa banyak amanah yang terabaikan. Bukankah ini semuanya termasuk maksiat kepada Allah Swt, dan durhaka kepada orang tua serta keluarga. Dengan sistem ini seseorang bisa mengetahui kekuragan dan aib-aibnya. sehingga mudah mengobati penyakit tersebut.Selalu membaca al Qur’an dan mentadaburinya. Allah talah mengajarkan kepada kita agar melakukan sesuatu dengan sistim tadaruj dalam beramal. Lebih-lebih untuk melakukan sebuah perobahan.Mari kita perhatikan bagaimana Allah Swt menciptakan langit, bumi dan apa yang ada diantara keduanya dalam enam hari, seperti itu juga dalam penetapan suatu hukum, halal atau haram seperti pengharaman khamar, riba, Allah Swt tidak menurunkan ayat pengharamannya dalam satu kali saja, tapi melalui fase-fase. Bahkan al Qur’an itu sendiri di turunkan kepada Rasul Saw bertadarruj seperti inilah sunnatullah di alam ini. Maka bila kita melakukan sesuatu itu dalam bentuk tergesa-gesa, semua itu akan membawa kepada sifat malas, yang akhirnya bisa melahirkan sifat putus asa kepada Allah Swt.Diriwayatkan dari ibunda ‘Aisyah. ra yang pernah berkata ’’Sesunggguhnya yang pertama kali turun dari surat mufasshol, yang menyangkut masalah syurga dan neraka, ketika telah berkumpul orang-orang kedalam Islam baru turun masalah halal dan haram. Sekiranya yang pertama turun itu masalah ’’janganlah kamu minum khamar” pasti mereka akan mengatakan: ’’kami tidak akan meniggalkannya”. Begitu juga kalau yang turun itu ’’janganlah kalian berzina’’ pasti mereka akan menjawab: “kami tidak akan meninggalkan zina selama-lamanya”.3. Sering memuthola’ah kitab- kitab Shirah dan Sejarah umat Islam. Sebagaimana kehidupan mereka yang memiliki himmah yang tinggi serta semangat yang kuat, baik dalam berdakwah, atau beramal. Shirah Rasul Saw serta para Sahabatnya cukup bagi kita sebagai terapi dari penyakit ini. Allah Swt berfrman dalam al Qur’an ’’sungguh pada kisah kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang orang yang mempunyai akal.4. Berteman dengan orang-orang sholeh yang mujahid. Karena mereka memiliki jiwa yang bersih dan hati yang bercahaya serta ruh yang ikhlas, yang bisa menggerakkan semangat, menguatkan tekad serta keinginan.Rasul Saw mengalihkan perhatian kita kepada hal ini, seperti sabdanya: “Apakah kamu ingin aku beri tahu sebaik-baik manusia? ia wahai Rasulullah jawab Sahabat, kemudian Rasul melanjutkan sabdanaya ’’orang yang mengingatkanmu kepada Allah dikala engkau memandangnya”.5. Menjauhi perbuatan maksiat baik yang kecil maupun yang besar. Karena ia ibaratkan api yang membakar hati, yang akan mendapatkan murka Allah Swt dan kerugian bagi hamba tersebut, sebagaimana berfirman-Nya: ’’Dan barang siapa ditimpa kemurkaan-Ku maka sungguh binasalah dia. (Q.S Thaha: 81)6. Menghadiri majlis- majlis Ilmu. Karena ilmu adalah sumber kehidupan bagi hati, sebagaimana makanan sumber untuk kekuatan badan dan ibaratkan air bagi bumi.Kita melihat bagaimana ghirah dan himmah para- ulama salaf dalam menuntut ilmu, karena mereka sangat mengetahui hajat seorang hamba kepada ilmu, Rasul Saw masih Allah Swt ajarkan bagaimana supaya mendapat ilmu Imam Ahmad pernah berkata: ’’Sesungguhnya kebutuhan kita kepada ilmu melebihi makanan dan minuman, karena keduanya cukup dua atau tiga kali sehari, tapi ilmu sebanyak tarikan nafas.7. Bergabung dalam suatu jamaah dan meninggalkan hidup menyendiri, sebagaimana yang pernah dipesankan Rasul Saw ’’Jamaah itu adalah rahmat,sedangkan berpecah belah adalah suatu azab. Imam Ali ra pernah juga berkata: ’’Kekotoran suatu jamaah jauh lebih baik ketimbang kesucian seorang diri”. Karena ketika bersama mereka akan memberi tahu kekurangan serta aib-aib kita, kemudian menunjukkan kita bagaimana cara membersihkannya kembali. Berbeda dengan kehidupan seseorang yang selalu menyendiri, bahkan kadang kala penyakit tersebut bisa mencelakannya.8. Sering mengingat mati, pertanyaan alam kubur, kegelapan serta kengeriannya. Karena hal ini bisa menbangunkan jiwa dari tidurnya serta menggerakkan badan untuk beramal dan mempersiapakan bekal menghadapi semua itu. Pernah Rasul Saw ditanya tentang siapakah orang yang jenius itu? jawab Rasul: ’’orang yang banyak mengingat mati dan mempersiapkan untuk itu.”Umar bin abdul aziz yang mempunyai perkumpulan setiap malam dengan para ahli fikih, yang disana mereka saling bercerita tentang mati dan alam akhir kemudian mereka menanggis.9. Menjauhi sikap Tasyaddud dalam agama. Ibunda Aisyah ra pernah berkata: ’’Dulu Rasulullah memiliki sebuah tikar yang ia bentang disiang hari dan dijadikan untuk kamar disebagian malam hari untuk shalat, lalu orang-orang shalat bersama beliau, pada suatu malam mereka berkumpul lalu Rasul Saw bersabda: ’’wahai manusia hendaklah kamu mengerjakan amalan semampu kalian, karena sesungguhnya Allah tidak akan pernah bosan selagi hamba tersebut tidak bosan, sesungguhya amalan yang paling Allah cintai adalah yang selalu dikerjakan sekalipun sedikit. Dan keluarga Muhammad apabila mengerjakan suatu amalan mengukuhkannya.”Dalam hadits-hadits yang lain yang sangat banyak sekali menceritakan tentang ketekunan dalam beramal dan tidak terlalu berlebih- lebihkan yang tidak sanggup mengerjakannya.Untuk itu kita dituntut agar selalu mengikuti manhaj Rasul Saw dalam segala amal kegiatan dan tuntunan Islam, karena ketidakstabilan itu yang sering menimbulkan penyakit futur. Wallahu ’alam. (Oleh: Muhammad Afrizal. Lc).